“Act as if everything depended on you; trust as if everything depended on God.”
― St. Ignatius of Loyola

Wednesday, March 6, 2013

Duet Merapi

hola!

Setelah lama saya bingung mau nulis apa di sini, akhirnya saya menemukan sesuatu untuk saya bagikan untuk dunia.*lebaaaay

Oke, kali ini saya ingin membagikan catatan perjalanan ke Merapi berdua bersama saudara Jonathan Edypratama bulan Agustus 2012 yang lalu. Lama banget ya? Gapapaa. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah cerita. Bahkan masa muda kakekku 70 tahun yang lalu masih diceritain sampe sekarang. :P malah ngopo

Perjalanan dimulai pagi dari rumah tercinta, perum pemda DIY Banjardadap P29. Terus jemput Tatan naik my lovely Supranatural (honda supra thn 2000 yang masih natural, belum ditambahi x, fit, dll). Di rumah Tatan recheck packing. Logistik lengkap, packing oke, mulailah perjalanan menuju rumah lik Min (basecamp Merapi) di Selo. Perjalanan kurang lebih 2 jam dengan 2x berhenti untuk ngisi bensin dan beli makanan ringan. Sampai di Selo kira-kira jam 12. Di sana ngobrol bersama lik Min dan keluarga, terus ngobrol sama beberapa pendaki yang baru turun juga, makan, terus siap-siap naik.

Kira-kira jam 2 kita mulai perjalan. Sebelum mulai perjalan tentunya berdoa dulu. Pendakian ini sebenarnya masih ilegal karena kata mas Syamsuri (anak lik Min), posek setempat masih melarang pendakian ke puncak merapi. "Tapi aman kok, mas", kata mas Syamsuri. Okelah, kita naiiik. Daaan, karena waktu itu lagi bulan puasa, hanya kami berdua yang naik ke puncak.hehe. Serasa gunung pribadi.

Di awal jalur (new Selo) masih ada larangan untuk naik ke puncak. Tapi itu tidak menghentikan langkah kami. Lepas dari new selo jalan mulai berdebu. Beda banget sama 1 tahun sebelumnya. Setelah erupsi memang debu masih tebal kata penduduk sekitar. Tebalnya kira2 setinggi sol sepatu trekking. Jadi setiap melangkah debunya mabul-mabul. Saya sarankan untuk memakai masker. Karena lumayan bikin sesak nafas. Kami beberapa kali berhenti untuk minum dan istirahat. Juga foto-foto




Tatan motret Merbabu
puncak merbabu ngintip

Okee, perjalanan kami lanjutkan. Medan masih sama, berdebu dan membuat kami sebentar-sebentar berhenti. Akhirnya sekitar jam 4 kami memutuskan untuk mulai mencari tempat untuk istirahat. Setelah menemukan tempatnya kami langsung mendirikan tenda dan mengeluarkan semua isi carrier. Karena masih terang, kami keluar lagi. Foto-foto lagi bentar terus menikmati sunset, terus masuk tenda lagi.
merbabu

under the red hot moon
Di tenda kami masak sedikit, masak air buat minuman anget, ngobrol bentar terus tidur.haha. It was a very fun hiking! Oiya, dari rumah, Tatan bawa termometer ruangan. Dikeluarin, ditinggal di luar tenda, terus dicek. Ternyata suhunya <10°C --saya lupa berapa pasnya--. Udah, ngantuk, terus tidur. Jam 3 pagi bangun gara-gara ada rombongan (orang perancis kayanya) gedebugan. Kamipun keluar tenda dan menyapa mereka. :)

Karena ingin melihat sunrise dari puncak, kamipun segera siap-siap berangkat lagi. Ngesot lagi. Utuk utuk utuk, akhirnya sampai pasar bubrah. Dan sunrise ternyata datang lebih awal (sebenarnya kami yang terlalu lambat).hehe. Baru sampai pasar bubrah, langit sudah mulai merah. Yaasudaah, menikmati sunrisenya dari situ saja. Tetep asik kok.
cantik kan?

puncak merapi dari pasar bubrah

camera+gorillapod+batu
Di pasar bubrah kami masak minuman anget lagi. Milih barang-barang yang dibawa ke puncak dan yang ditinggal (biar ga terlalu berat).
masak aeer
sumbing sindoro?
yawis, terus naik ke puncak...
jogja :D

dulu kawah

saya :P

 oke, puas di puncak, kami turun. Turunnya lebih asik, kami meluncur ke bawah..
jalan turun ke pasar bubrah dari puncak

 Perjalanan ke basecamp ternyata tidak semudah yang kami kira. Debunya semakin mubal setiap kami melangkah. Apalagi kalau bule-bule tadi lewat. Mereka lari, dan kami dapat debunya. Ah yawis..
Akhirnya kami sampai di basecamp. Ngeteh, makan, ngobrol, terus pulang.. :)

selesai :P

No comments:

Post a Comment